Portal Dunia Esport – Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2010-an, merupakan kelompok usia yang relatif baru di pasar kerja. Salah satu faktor utama yang diungkapkan oleh aplikasi pencari kerja sebagai penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z adalah kurangnya pengalaman kerja. Banyak dari mereka yang baru lulus sekolah atau kuliah dan belum memiliki pengalaman kerja yang cukup untuk memenuhi syarat di banyak posisi yang mereka lamar. Perusahaan cenderung mencari kandidat dengan pengalaman yang sudah terbukti, sehingga seringkali mengabaikan pelamar Gen Z yang baru memasuki dunia kerja. Kurangnya kesempatan magang atau pekerjaan paruh waktu selama masa pendidikan juga berkontribusi pada masalah ini. Selain itu, banyak perusahaan yang tidak memiliki program pelatihan yang memadai untuk membantu transisi para lulusan baru ini ke dunia kerja.
Ketidakcocokan Keterampilan
Ketidakcocokan keterampilan antara yang dimiliki oleh Gen Z dan yang dibutuhkan oleh pasar kerja juga menjadi
faktor signifikan. Menurut data dari aplikasi pencari kerja, banyak Gen Z yang memiliki keterampilan digital dan teknologi yang kuat, namun kurang memiliki keterampilan lunak (soft skills) seperti komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen waktu. Keterampilan lunak ini sangat penting di banyak pekerjaan, dan ketidakseimbangan ini membuat banyak Gen Z kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Selain itu, beberapa bidang pekerjaan berkembang dengan sangat cepat dan membutuhkan keterampilan khusus yang belum banyak dimiliki oleh Gen Z. Bidang seperti kecerdasan buatan, analitik data, dan keamanan siber seringkali membutuhkan pelatihan dan sertifikasi tambahan yang belum tentu dimiliki oleh para pelamar muda ini.
Ekspektasi yang Tidak Realistis
Faktor lain yang diungkapkan oleh aplikasi pencari kerja adalah ekspektasi yang tidak realistis dari Gen Z terhadap pekerjaan pertama mereka. Banyak dari mereka yang mengharapkan gaji tinggi, fleksibilitas kerja, dan kesempatan cepat untuk naik jabatan, yang seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di pasar kerja. Ekspektasi ini bisa menyebabkan kekecewaan dan frustrasi ketika mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan mereka. Perusahaan sering kali menawarkan paket yang lebih rendah untuk posisi entry-level, yang mungkin tidak sejalan dengan ekspektasi Gen Z. Ketidakcocokan ini menyebabkan banyak dari mereka memilih untuk tetap menganggur daripada menerima pekerjaan yang dianggap tidak memenuhi harapan mereka.
Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 juga berperan besar dalam tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z. Banyak perusahaan yang mengurangi perekrutan atau bahkan memberhentikan karyawan karena krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Gen Z yang baru memasuki pasar kerja menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak oleh kebijakan tersebut.
Kesimpulan
Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Kurangnya pengalaman kerja, ketidakcocokan keterampilan, ekspektasi yang tidak realistis, dan dampak pandemi COVID-19 semuanya berkontribusi pada masalah ini. Untuk mengatasi pengangguran di kalangan Gen Z, diperlukan kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan perusahaan untuk menyediakan pelatihan yang relevan, kesempatan magang, serta program mentoring yang dapat membantu transisi mereka ke dunia kerja.